KATA ASAL
DAN KATA JADIAN
1. Kata asal adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk (kata yang bentuknya masih sederhana)
2. Kata jadian adalah kata yang sudah mendapat imbuhan dan sisipan sehingga bukan merupakan akata asal lagi. Perubahan kata asal menjadi kata jadian karena beberapa gejala atau proses perubahan morfologi
Bentuk kata jadian tersebut dapat berupa kata ulang, kata berimbuhan dan kata majemuk.
A. kata ulang adalah kata yang terdiri dari perulangan kata asal/dasar
a. kata ulang dwilingga, yaitu jenis kata ulang yang terjadi pada seluruh kata dasar. Contoh : laki-laki; macam-macam.
b. Kata ulang dwipurwa, kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada suku awal kata. Contoh: lelaki; sesuatu; sesuap
c. Kata ulang dwilingga salin suara, yaitu kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada seluruh kata dasar tetapi terdapat fonem yang berubah. Conto: sayur-mayur; gerak-gerik
d. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang bentuk perulangan kata dasarnya mendapat imbuhan.contoh: mobil-mobilan; anak-anakan
e. Kata ulang semu, yaitu kata ulang yang tidak memiliki bentuk dasar yang diulang. Contoh: buru-buru; lumba-lumba; lumba-lumba
Arti perulangan kata ulang, berdasarkan arti perulangannya maka kata ulang digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) perulangan yang mengandung makna paling. Contoh: sebanyak-banyaknya = paling banyak; semurah-murahnya = paling murah.
b) Perulangan yang mengandung makna sering (berkali-kali) contoh : dikejar-kejar = sering dikejar; diburu-buru = sering diburu
c) Perulangan yang mengandung makna seperti (tiruan) contoh: anak-ankan = seperti anak ; kuda-kudaan = tiruan kuda
d) Perulangan yang mengandung makna sangat. Contoh : baik-baik = sangat baik ; banyak-banyak = sangat banyak
e) Perulangan yang mengandung makna saling. Contoh : tendang-menendang = saling menendang ; kejar – kejaran = saling mengejar
f) Perulangan yang mengandung makna banyak. Contoh : orang-orang = banyak orang ; tentara-tentara = banyak tentara
g) Perulangan yang mengandung makna hal. Contoh : ketik-mengetik= hal mengetik; surat-menyurat = hal menyurat
h) Pe rulangan yang mengandung makna seenaknya. Contoh : duduk-duduk = seenaknya duduk; tidur –tidran = seenaknya tidur
i) Perulangan yang mengandung makna walupun/meskipun. Contoh : hujan – hujan pergi juga menjadi meskipun hujan pergi: malam – malam dating kerumah menjadi meskipun malam datang ke rumah
j) Perulangan yang mengandung makna agak. Contoh kemerah-merahan = agak merah; kebarat-baertan = agak seperti orang barat
k) Perulangan yang mengandung makna bermacam-macam. Contoh ; tumbuh-tumbuhan = bermacam- macam tumbuhan
B. Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang senyawa dan membentuk sebuah kata baru/makna baru.
a. Ciri-ciri kata majemuk adalah:
a) pada umumnya terdiri dari gabungan kata dasar atau asal, contoh: orang tua; meja kursi; panjang lebar dll.
b) Susunan katanya tidak bias seenaknya dibalik. Contoh : wakil presiden bukan presiden wakil; perdana mentri bukan mentri perdana
c) Susunan unsurnya tidak dapat disisipi stau dipisahkan dengan kata yang lain. Contoh: rumah sakit bukan rumah yang sakit; rumah makan bukan rumah sedang makan
d) Penulisan awalan ditulis di bagian depan kata pertama. Pennulisan ditulis pada bagian akhiran kata kedua. Contoh : orang tuanya bukan orannya tua; rumah sakitnya bukan rumahnya sakit
e) Jika mengalami pengulangan harus diulang penuh. Contoh: rumah sakit-rumah sakit bukan rumah-rumah sakit; kaki tangan-kaki tangan bukan kaki tangan - tangan
b. jenis kata majemuk
a) kata majemuk setara (kata majemuk kompulatif atau kata majemuk gabungan), yaitu kata majemuk yang bagian-bagiannya sederajat.
- bagian – bagiannya terdiri dari wakil- wakil keseluruhan yang dimaksud. Contoh : kaki tangan; tikar bantal; orang tuanya
- bagian-bagiannya terdiri dari kata-kata yang berlawanan. Contoh: besar kecil; tau muda; pria wanita; kaya miskin dll.
- Bagian-bagiannya terdiri dari kata –kata yang maknanya hampir sama. Contoh : panjang lebar; susah payah; hancur lebur; remuk redam dll.
b) Kata majemuk tak setara (kata majemuk determinative), yaitu kata majemuk yang tidak mempunyai inti, terdiri dari ;
- Kata majemuk dengan susunan DM (diterngkan menerangkan). Contoh: raja muda; orang tua; meja makan; panjang tangan; keras kepala dll.
- Kata majemuk dengan susunan MD (menerangkan diterangkan). Contoh: purbakala; bumiputra; maharaja; permaisuri dll.(kata majemuk seperti ini disebut juga rangkaian sangsekerta)
c. penulisan kata majemuk
a) kata majemuk ditulis serangkai jika dipandang tidak senyawa benar-benar. Contoh: matahari; pancasila; maharaja; dwipurwa dll.
b) Kata majemuk ditulis berurutan tanpa gasis hubung. Contoh: rumah sakit bukan rumah-sakit; rumah makan bukan rumah-makan; orang tua bukan orang-tua
c) Jika berawalan dan berakhiran (berimbuhan) maka penulisannya harus dirangkaikan. Cntoh: kurang ajar menjadi kekurangajaran; tanggung jawab menjadi pertanggungjawaban
C. Imbuhan atau afiks, yaitu bentruk morfem terikat yang menempel atau ditempelkan pada suatu kata, baik kata dasar maupun kta jadian. Contoh: di-pada pukul menjadi dipukul; ber-pada cermin menjadi bercermin; pe-an pada tembak menjadi penembakan; per-i pada ingat menjadi peringati; -er- pada gigi menjadi gerigi; di-kan pad abaca menjadi dibacakan. Imbuhan terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks)
a. Awalan, yaitu imbuhan yang menempel di depan suatu kata dasr atau kata jadian. Awalan disebut juga prefiks. Contoh:
- awalan di-, contoh: di + pukul menjadi dipukul; di + makan menjadi dimakan
- awalan me-, me + tulis menjadi menulis; me + baca menjadi membaca
- awalan ber-, contoh: ber + renang menjadi berenang; ber + joget menjadi berjoget
b. Sisipan (infiks) , y aitu imbuhan yang terletak di tengah-tengah kata dasr atau kata jadian. Proses menyidipkan imbuhan pada tengah-tengah kata disebut infiksasi., contoh:
- sisipan –el-, contoh: pada kata tunjuk menjadi telunjuk; pada kata gembung mejadi gelembung
- sisipan –em-, contoh: pada kata guruh menjadi gemuruh; pada kata getar menjadi gemetar; pada kata kuning menjadi kemuning
- sisipan –er-, contoh: pada kata gigi menjadi gerigi; pada kata sabur menjadi serabut
c. Akhiran (sufiks), aitu imbuhan yang terletak pada akhir kata. Proses pemberian akkhiran disebut sufiksasi. Contoh :
- akhiran –an, contoh: pakai + an menjadi pakaian; makan + an menjadi makanan
- akhiran –I, contoh: naung + i menjadi naungi; payung + i menjadi payungi
- akhiran –kan, contoh: tulis + kan menjadi tuliskan; baca + kan menjadi bacakan
d. Imbuhan senyawa (konfiks), yaitu imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang melekat di depan maulun di belakang kata dasar atau kata jadian. Proses pemberian imbuhan gabungan pada kata dasr atau kata jadian konfiksasi. Contoh:
- imbuhan ke-an, contoh: kata manusia menjadi kemanusiaan: kata rindu menjadi kerinduan
- imbuhan per-an, contoh; pada kata adil menjadi peradilan; pada kata rasa menjadi perasaan
- imbuhan pe-an, contoh: pada kata lari menjadi pelari; pada kata lantik menjadi pelantikan
e. Imbuhan gabungan, yaitu dua imbuhan atau lebih yang melekat pada suatu kata dasr atau kata jadian. Imbuhan gabungan terdiri dari memper, memper-kan, memper-i, me-i dsb.
- imbuhan memper-, contoh; pada kata budak menjadi memperbudak; pada kata istri menjadi memperistri
- imbuhan memper – kan, contoh: kata temu menjadi mempertemukan; pada kata tuhan menjadi mempertuhankan
- imbuhan memper – i. contoh: pada kata istri menjadi memperistri; pada kata cantik menjadi mempercantiki
- imbuhan me- i, contoh; pada kata kawin menjadi mengawini; pungut menjadi memunguti
1. Kata asal adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk (kata yang bentuknya masih sederhana)
2. Kata jadian adalah kata yang sudah mendapat imbuhan dan sisipan sehingga bukan merupakan akata asal lagi. Perubahan kata asal menjadi kata jadian karena beberapa gejala atau proses perubahan morfologi
Bentuk kata jadian tersebut dapat berupa kata ulang, kata berimbuhan dan kata majemuk.
A. kata ulang adalah kata yang terdiri dari perulangan kata asal/dasar
a. kata ulang dwilingga, yaitu jenis kata ulang yang terjadi pada seluruh kata dasar. Contoh : laki-laki; macam-macam.
b. Kata ulang dwipurwa, kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada suku awal kata. Contoh: lelaki; sesuatu; sesuap
c. Kata ulang dwilingga salin suara, yaitu kata ulang yang bentuk perulangannya terjadi pada seluruh kata dasar tetapi terdapat fonem yang berubah. Conto: sayur-mayur; gerak-gerik
d. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang bentuk perulangan kata dasarnya mendapat imbuhan.contoh: mobil-mobilan; anak-anakan
e. Kata ulang semu, yaitu kata ulang yang tidak memiliki bentuk dasar yang diulang. Contoh: buru-buru; lumba-lumba; lumba-lumba
Arti perulangan kata ulang, berdasarkan arti perulangannya maka kata ulang digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) perulangan yang mengandung makna paling. Contoh: sebanyak-banyaknya = paling banyak; semurah-murahnya = paling murah.
b) Perulangan yang mengandung makna sering (berkali-kali) contoh : dikejar-kejar = sering dikejar; diburu-buru = sering diburu
c) Perulangan yang mengandung makna seperti (tiruan) contoh: anak-ankan = seperti anak ; kuda-kudaan = tiruan kuda
d) Perulangan yang mengandung makna sangat. Contoh : baik-baik = sangat baik ; banyak-banyak = sangat banyak
e) Perulangan yang mengandung makna saling. Contoh : tendang-menendang = saling menendang ; kejar – kejaran = saling mengejar
f) Perulangan yang mengandung makna banyak. Contoh : orang-orang = banyak orang ; tentara-tentara = banyak tentara
g) Perulangan yang mengandung makna hal. Contoh : ketik-mengetik= hal mengetik; surat-menyurat = hal menyurat
h) Pe rulangan yang mengandung makna seenaknya. Contoh : duduk-duduk = seenaknya duduk; tidur –tidran = seenaknya tidur
i) Perulangan yang mengandung makna walupun/meskipun. Contoh : hujan – hujan pergi juga menjadi meskipun hujan pergi: malam – malam dating kerumah menjadi meskipun malam datang ke rumah
j) Perulangan yang mengandung makna agak. Contoh kemerah-merahan = agak merah; kebarat-baertan = agak seperti orang barat
k) Perulangan yang mengandung makna bermacam-macam. Contoh ; tumbuh-tumbuhan = bermacam- macam tumbuhan
B. Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang senyawa dan membentuk sebuah kata baru/makna baru.
a. Ciri-ciri kata majemuk adalah:
a) pada umumnya terdiri dari gabungan kata dasar atau asal, contoh: orang tua; meja kursi; panjang lebar dll.
b) Susunan katanya tidak bias seenaknya dibalik. Contoh : wakil presiden bukan presiden wakil; perdana mentri bukan mentri perdana
c) Susunan unsurnya tidak dapat disisipi stau dipisahkan dengan kata yang lain. Contoh: rumah sakit bukan rumah yang sakit; rumah makan bukan rumah sedang makan
d) Penulisan awalan ditulis di bagian depan kata pertama. Pennulisan ditulis pada bagian akhiran kata kedua. Contoh : orang tuanya bukan orannya tua; rumah sakitnya bukan rumahnya sakit
e) Jika mengalami pengulangan harus diulang penuh. Contoh: rumah sakit-rumah sakit bukan rumah-rumah sakit; kaki tangan-kaki tangan bukan kaki tangan - tangan
b. jenis kata majemuk
a) kata majemuk setara (kata majemuk kompulatif atau kata majemuk gabungan), yaitu kata majemuk yang bagian-bagiannya sederajat.
- bagian – bagiannya terdiri dari wakil- wakil keseluruhan yang dimaksud. Contoh : kaki tangan; tikar bantal; orang tuanya
- bagian-bagiannya terdiri dari kata-kata yang berlawanan. Contoh: besar kecil; tau muda; pria wanita; kaya miskin dll.
- Bagian-bagiannya terdiri dari kata –kata yang maknanya hampir sama. Contoh : panjang lebar; susah payah; hancur lebur; remuk redam dll.
b) Kata majemuk tak setara (kata majemuk determinative), yaitu kata majemuk yang tidak mempunyai inti, terdiri dari ;
- Kata majemuk dengan susunan DM (diterngkan menerangkan). Contoh: raja muda; orang tua; meja makan; panjang tangan; keras kepala dll.
- Kata majemuk dengan susunan MD (menerangkan diterangkan). Contoh: purbakala; bumiputra; maharaja; permaisuri dll.(kata majemuk seperti ini disebut juga rangkaian sangsekerta)
c. penulisan kata majemuk
a) kata majemuk ditulis serangkai jika dipandang tidak senyawa benar-benar. Contoh: matahari; pancasila; maharaja; dwipurwa dll.
b) Kata majemuk ditulis berurutan tanpa gasis hubung. Contoh: rumah sakit bukan rumah-sakit; rumah makan bukan rumah-makan; orang tua bukan orang-tua
c) Jika berawalan dan berakhiran (berimbuhan) maka penulisannya harus dirangkaikan. Cntoh: kurang ajar menjadi kekurangajaran; tanggung jawab menjadi pertanggungjawaban
C. Imbuhan atau afiks, yaitu bentruk morfem terikat yang menempel atau ditempelkan pada suatu kata, baik kata dasar maupun kta jadian. Contoh: di-pada pukul menjadi dipukul; ber-pada cermin menjadi bercermin; pe-an pada tembak menjadi penembakan; per-i pada ingat menjadi peringati; -er- pada gigi menjadi gerigi; di-kan pad abaca menjadi dibacakan. Imbuhan terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks)
a. Awalan, yaitu imbuhan yang menempel di depan suatu kata dasr atau kata jadian. Awalan disebut juga prefiks. Contoh:
- awalan di-, contoh: di + pukul menjadi dipukul; di + makan menjadi dimakan
- awalan me-, me + tulis menjadi menulis; me + baca menjadi membaca
- awalan ber-, contoh: ber + renang menjadi berenang; ber + joget menjadi berjoget
b. Sisipan (infiks) , y aitu imbuhan yang terletak di tengah-tengah kata dasr atau kata jadian. Proses menyidipkan imbuhan pada tengah-tengah kata disebut infiksasi., contoh:
- sisipan –el-, contoh: pada kata tunjuk menjadi telunjuk; pada kata gembung mejadi gelembung
- sisipan –em-, contoh: pada kata guruh menjadi gemuruh; pada kata getar menjadi gemetar; pada kata kuning menjadi kemuning
- sisipan –er-, contoh: pada kata gigi menjadi gerigi; pada kata sabur menjadi serabut
c. Akhiran (sufiks), aitu imbuhan yang terletak pada akhir kata. Proses pemberian akkhiran disebut sufiksasi. Contoh :
- akhiran –an, contoh: pakai + an menjadi pakaian; makan + an menjadi makanan
- akhiran –I, contoh: naung + i menjadi naungi; payung + i menjadi payungi
- akhiran –kan, contoh: tulis + kan menjadi tuliskan; baca + kan menjadi bacakan
d. Imbuhan senyawa (konfiks), yaitu imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang melekat di depan maulun di belakang kata dasar atau kata jadian. Proses pemberian imbuhan gabungan pada kata dasr atau kata jadian konfiksasi. Contoh:
- imbuhan ke-an, contoh: kata manusia menjadi kemanusiaan: kata rindu menjadi kerinduan
- imbuhan per-an, contoh; pada kata adil menjadi peradilan; pada kata rasa menjadi perasaan
- imbuhan pe-an, contoh: pada kata lari menjadi pelari; pada kata lantik menjadi pelantikan
e. Imbuhan gabungan, yaitu dua imbuhan atau lebih yang melekat pada suatu kata dasr atau kata jadian. Imbuhan gabungan terdiri dari memper, memper-kan, memper-i, me-i dsb.
- imbuhan memper-, contoh; pada kata budak menjadi memperbudak; pada kata istri menjadi memperistri
- imbuhan memper – kan, contoh: kata temu menjadi mempertemukan; pada kata tuhan menjadi mempertuhankan
- imbuhan memper – i. contoh: pada kata istri menjadi memperistri; pada kata cantik menjadi mempercantiki
- imbuhan me- i, contoh; pada kata kawin menjadi mengawini; pungut menjadi memunguti
Sumber :sastraindosugik.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar